Mencintai Tukang Bunga Part IV


Buat yang belum baca mulai part 1 silahkan klik http://www.cassiopeiaflorist.com/2019/01/mencintai-tukang-bunga-part-i.html

Setelah pertemuan Mas Herman dengan sepupu saya, terjadilah komunikasi antara ibu dan sepupu saya. Sepupu saya ini sudah cukup dewasa. Telah menikah selama lebih dari 10 tahun, dan dikaruniai 4 orang anak serta sukses menjalankan bisnis di kota Bekasi. Cukup terpandanglah di keluarga kami.

Namun, ini tidak menyurutkan pilihan keluarga saya untuk menentang keinginan menikah ini.

Ibu, sedikit hawatir dengan langkah saya untuk menikah. Dia memilih terbang ke Jakarta dan ingin berbicara langsung. Keluarga tentunya sudah mewanti-wanti

"Pokoknya tidak boleh ada pertemuan dengan laki-laki itu, apa kata orang nanti. Anak perempuan terlalu terburu-buru menikah tidak baik. Suruh saja fokus bekerja, nanti jodoh yang terbaik akan datang" begitu pesan keluarga besar di Makassar untuk ibu yang seorang diri datang menjenguk saya.

Ini bukan pertamakali ibu menjenguk saya di Jakarta. Saat ibu datang, maag saya sedang kambuh dan harus dibawa ke rumah sakit. beruntung hanya dirawat di UGD beberapa jam.

"Ibu ke Jakarta, kalau Mas herman serius, temui ibu biar jelas maksud mas Herman" kutulis chat singkat

Secara diam-diam kemudian kuatur pertemuan dengan kesan tidak sengaja di rumah sepupu saya. Kuajak ibu nginap di Bekasi menghabiskan akhir pekan. Tapi sepertinya firasat seorang ibu cukup kuat.

"Jangan sampai ada pertemuan apa-apa, jangan bikin malu ibu dan keluarga semuanya"

Mas Herman tetap menjalankan niat baiknya. Datang bertamu bertemu ibu malam itu. Yang membuat saya cukup kaget karena dia tak datang sendiri. Dia datang bersama ibu, adik, pak uztad yang belakangan saya kenal sebagai omnya dan 2 orang temannya. Full satu mobil avanza beserta beberapa parcel buah. "katanya untuk menunjukkan keseriusannya.

Beruntung Ibu telah dijelaskan oleh sepupu saya sebelum pertemuan ini, tapi tetap saja menolak secara halus.

"Ibu mau tidur dulu 10 menit" sahutnya setelah sholat isya padahal Mas herman dan keluarga telah duduk rapi di ruang tamu.

Rrrrgghhhhhhh.....

Tapi kurang dari 10 menit ibu berdiri kemudian keluar dari kamar mengenakan mukenah menemui mas Herman di ruang tamu

"Di kamar saja" sambil menatap tajam ke saya

Saya deg-deg kan. Takut kalau ada salah apa-apa. "Ya Allah kuserahkan semuanya padaMu, kali ini tidak ada rencana, saya ikuti semua takdir Mu"

Allah sepertinya mendengar doa tulus saya sambil menahan perihnya sakit maag diatas kasur. Terdengar suara tawa beberapa kali dari ruang tamu. Mencoba menguping tapi suara kipas angin lebih kencang dari suara percakapan mereka.

Baiklah, saya hanya dipanggil keluar saat pertemuan selesai kemudian diminta mengambil foto semuanya, tanpa saya.

Pertemuan ini menjadi penutup kunjungan ibu ke Jakarta. Semoga ini salah satu jalan Allah mempermudah niat menikah kami. Sambil menuju arah pulang ke Jakarta, saya menyempatkan diri melewati kios bunga mas Herman berukuran kecil di pasar. Awalnya Ibu seperti menolak tidak ingin mampir untuk menyapa.

"Buat apa mampir, nanti Ibu mau bilang apa"

Tapi semakin mobil mendekat Ibu kemudian yang meminta berhenti setelah saya menunjuk kios kecil dengan display beberapa kembang. Tidak terlihat mas Herman pagi itu hanya ada Ibunya seorang diri.

Yah kan namanya juga ibu-ibu, tadi menolak sedetik kemudian sudah turun dari mobil salam-salaman sambil cipika cipiki. Inikah yang namanya pucuk dicinta ulam pun tiba. Semoga ini pertanda baik

Dari pertemuan semalam, Ibu meminta mas Herman menemui Ayah di Makassar untuk menyampaikan maksud baiknya. Apalagi setelah foto bersama akhirnya tersebar luas di keluarga, Ibu mencoba menjelaskan bahwa Mas herman tidak seburuk foto-foto di akun instagramnya dengan rambut panjang dan muka kucel hingga akhirnya mendapatkan persetujuan dari beberapa pihak keluarga.

Sayangnya, hingga kepulangan saya saat Idul Adha 2018, Ayah masih tetap bersikeras tidak menyetujui keinginan ini. Saya tidak dapat menjelaskan panjang lebar, mengingat ayah dan saya memiliki watak yang sama-sama keras.

"Cari yang lebih baik, akan ada tiba saat nya. Menurut kau agamanya baik, yang namanya iman itu ada naik turunnya. Jangan sampai yang diperlihatkan hanya bersifat sementara" Ayah selalu punya jawaban untuk meruntuhkan keyakinan saya.

Tapi semakin di tentang, saya semakin punya alasan untuk menjadi yakin.

Saya kemudian berbicara dengan Mama, adik ibu yang membesarkan saya dari kecil. Mama kemudian ikut mengatur kedatangan Mas Herman untuk bertemu Ayah pertama kali. Sejak pertemuan dengan Ibu, Mas Herman mulai memberi uang secara teratur hasil dari jualan bunga.

"Simpan di rekening kamu, saya tidak pandai menyimpan uang. Nanti kalau cukup buat beli tiket pesawat ketemu Ayah. Tidak apa-apa ditolak, yang penting kenalan saja dulu" kutangkap niat tulus itu dari laki-laki yang baru saja ku kenal selama 4 bulan .

Setelah Idul Adha, akhirnya Ibu dan mama meminta mas Herman datang menemui Ayah. Kuatur perjalanan ini sedemikian rupa karena saya tidak bisa cuti menemani mereka. Apa kata Ayah nanti kalau saya bolos kerja.

Sayapun membuat Itenarary untuk perjalan 3 hari 2 Malam untuk Mas Herman, Ibu, Pak Uztad dan adiknya. Beruntung saat keberangkatan mereka, Pak Irwan, rekan kerja saya yang bertugas sebagai protokoler Direksi di Bandara sedang berada di Bandara. Pak Irwan kemudian mengatur perjalanan Mas herman di Bandara. Mulai dari Check in hingga masuk kedalam pesawat. Sebuah niat tulus yang akhirnya berjalan dengan mulus hingga tiba di Makassar.

Bayangkan saja, Mas Herman yang tidak pernah naik pesawat sebelumnya, disambut dengan standar penyambutan orang nomor satu di perusahaan BUMN tempat saya bekerja. Terima kasih pak Irwan!

Tiba di Makassar, Mama tetap mengabarkan keadaan terkini. Sesuai itenarary yang saya buat, Mas Herman dan keluarga hanya sempat menikmati Coto bersama Erul, teman baik saya, dan langsung check in di Hotel yang telah mama siapkan.

Erul bilang, Mas Herman sudah kelelahan naik pesawat dua jam kemudian disambut teriknya matahari Kota Makassar. Apalagi malamnya akan bertemu Ayah untuk pertama kali.

Apa saja percakapan saat makan malam ? mohon bersabar hingga part berikutnya ya....

Menjalankan niat menikah memang tidak selalu mudah, tapi selalu ada jalan untuk orang yang mau berusaha. See you next part !

Part V : http://www.cassiopeiaflorist.com/2019/12/mencintai-tukang-bunga-part-v.html
Part VI : http://www.cassiopeiaflorist.com/2019/07/mencintai-tukang-bunga-part-iv.html

Bouquet Mawar

HARAP DIBACA KETENTUANNYA DI BAWAH GAMBAR 


Harga Rp. 300.000,- per 10 tangkai Mawar
Kami tidak menyediakan kurang dari harga diatas
Harga belum termasuk ongkir 
Pemesanan H-2
BUNGA KAMI BUNGA SEGAR, Kami tidak menyediakan bahan flanel, plastik atau lainnya

Untuk pemesanan silahkan hubungi whatsapp kami : +6285781115644


Contoh lainnya dapat dilihat di : BOUQUET CASSIOPEIA

MENCINTAI TUKANG BUNGA (Part III)


Respon pertama yang saya terima dari Ayah “oh yang penting agamanya”

Mulailah saya berfikir, mmm mungkin ini namanya jodoh. Tapi, saya memang orangnya kurang beruntung, tiap ingin mencapai sesuai harus penuh dengan kerja keras dan doa yang tiada henti. 

Jumat, pukul 3 sore, saat kantor sedang sibuk-sibuknya tiba-tiba mendaratlah surat tanda terima bouquet bunga yang harus d tanda tangani. 
“Eh bunga dari siapa?”

Sepertinya logo yang tertera diatas tanda terima cukup familiar.

“WOY KENAPA PAKAI ACARA KIRIM BUNGA SEGAAAAALAAAAAA” saya telfon Mas Herman kemudian mulailah drama telenovela. Marah-marah melalui telfon. Tapi, jauh dilubuk hati kecil saya, sebenarnya ada rasa senang mendapatkan bunga. Dan akhirnya berakhir dengan janji menemani doi ke pusat pasar bunga untuk belanja keperluaan kiosnya.

Karena belanja bunga harus dini hari, jadilah subuh itu menjadi pertama kali bertemu setelah dua minggu hanya bercakap via whatsapp.

“Saya jemput aja” Kata doi berkali-kali

Sayangnya, saya tetap bersikeras ketemu di tempat. Saya datang sendiri ke pasar bunga jam 5 subuh untuk menemui doi. Jodoh itu butuh usaha. Tapi, tidak bermaksud jual murah, hanya ingin memperlihatkan bahwa dia cukup menyita perhatian untuk ditemui.

Kesan pertama adalah urakan, tidak terurus, sangat tidak berkomitmen  karena datang telat, tapi overall yaaa buat jadi teman tidak masalah. Tapi ternyata doi bermaksud menikah. 

“Jalani dulu, saya masih usaha kirim kabar ke keluarga tentang rencana ini” 

Setelah pertemuan, doi akhirnya memberikan tugas yang lebih berat daripada menulis sebuah artikel.

“Sapa mi itu orangnya, we jangko macam-macam nah di Jakarta, lulusan mana itu laki-laki?, apa na kerja bapaknya ? mamaknya iya ? berapa bersaudara ?” Segala macam pertanyaan dengan logat khas kemarahan orang Bugis disampaikan ibu melalui telfon.

Besoknya ayah menelfon “Cari mi jodoh yang baik sekolahnya, jelas keluarga nya, kau itu jalan kesana kemari, terbang jauh-jauh, belajar di mana-mana, sekolahmu tinggi, semoga bisa dapat jodoh yang terbaik. Bagaimana nanti kehidupanmu sudah menikah sama orang yang belum dikenal, tulang punggung keluarga, bapaknya sudah tidak ada, adiknya banyak, mamanya tidak kerja”

Ayah menelfon dengan suara lirih, kutangkap keresahan beliau. Tapi, ada hal yang mengganjal, sebegitu pentingnya kah jenjang pendidikan ? harta dan semua yang ayah resahkan. Aku mengenal mas Herman memang baru kemarin, tapi dari semua pasword sosial media yang diberikan, dapat kubaca cara dia berinteraksi dengan teman-temannya. Cukup sopan dan keinginan dia untuk mengajar anak-anak mengaji setelah menutup kios bunganya akhirnya meluluhkan hati saya. Ini terus berputar-putar di pikiran saya. Di dunia ini saya sudah melihat, yang hari ini kaya, besok miskin dan sebaliknya. Saya merindukan Ayah yang dulu berkata, yang penting agamanya. Tapi sudahlah meluluhkan hati orang tua memang bukan perkara mudah.

Sejak itu saya mulai menarik diri dari Mas Herman. Saya mencoba mencari jodoh yang mungkin lebih menarik perhatian orang tua di kampung. 

Dua hari sejak menjauh dari Mas Herman, dia kemudian menelfon setelah ku reject berkali-kali

“Masih ada kah cara untuk usaha mendekati orang tua mu ?, saya serius, sangat serius” begitu kira-kira Mas Herman memohon di ujung telfon. Yang saya tahu dari sosial media nya, dia sudah berusaha mendekati wanita lainnya tapi tetap saja merasa cocok dengan saya. 

Setelah telfon ditutup, saya mulai berfikir kembali dan kemudian mengatur janji untuk bertemu dengan sepupu saya yang rumahnya tidak jauh dari Kios bunga Mas Herman untuk mengutarakan keresahan ini. Kalau mau jujur, mulai tumbuh rasa sayang ke Mas Herman. Laki-laki yang dengan tulus mengajak menikah. Menurut saya, mengungkapkan rasa sayang, cinta, kagum atau apapun itu kepada lelaki bukan hal yang tabu. Setiap manusia mempunyai hak untuk mengungkapkan rasa sayangnya. Cuman, bersabarlah jika harus bertebuk sebelah tangan. 

“Perempuan, jika menginginkan jodoh, usaha terbaik yang dapat dilakukan yaaaa berdoa” begitu kira-kira nasehat yang diberikan sepuou saya. Dia juga penasaran, seperti apa tampang pria yang membuat saya jatuh cinta dan berani mengutarakan perasaan kalau saya mulai sayang melihat keseriusan dia. 

Curhat tentang mas Herman kemudian berakhir dengan pesanan bunga sepupu yang harus diantarkan kerumahnya demi bertemu satu sama lain.

“Saya belum pernah naik pesawat pak seumur hidup, mungkin kalau harus bertemu ayah Ica di Makassar, akan saya usahakan” begitu kira-kira jawaban Mas Herman ketika ditantang untuk bertemu keluarga saya di Kampung.

Dari semua percakapan malam itu, ada satu jawaban yang mungkin menjadi pelajaran bagi pria lainnya yang ingin melamar wanita Bugis yang terkenal mahal. 

“Biar hingga 200 juta pak, jika Ica memang jodoh saya pasti akan ada jalannya”

Setelah hari itu berlalu terjadilah perang dingin antara saya dan keluarga besar yang kurang setuju dengan perjodohan ini. Tidak ada yang bisa disalahkan. Saya hanya ingin menikah untuk melangkah ke jenjang kehidupan selanjutnya. 

“Jika kau belum yakin, masuk syurga, menikahlah, karena itu ibadah terpanjang dan terlama. Butuh ekstra kesabaran dan doa” Begitu kira-kira nasehat Emi, teman dekat saya.

Di sisi lain, orang tua mana yang rela melepaskan anaknya menikah dengan lelaki yang belum jelas identitasnya dan harus menjadi tulang punggung untuk ibu dan 6 adik-adiknya. Namun saya selalu percaya 

“Tidak ada keputusan yang terbaik di dunia ini, mau menikah dengan siapa saja asal orang tua ridho, maka kebahagiaan insya Allah lebih nyata” ini menjadi motivasi saya, bukan hak kita untuk menghawatirkan masa depan, sungguh Allah tidak membebankan ciptaanNya di luar kendali nya. Sudah bisa jadi infal mama Dede kan yeeeee…. :)

Di dunia ini ada 2 jenis manusia, satu yang memilih menghabiskan tenaga dan pikiran dalam merencanakan hidup, dan yang satunya lebih memilih menghabiskan tenaga dan pikiran dalam menjalani pilihan yang tidak direncanakan. Saya termasuk manusia yang lainnya. Tidak ada yang lebih baik, ini tergantung dari cara Anda menjalani pilihan. Sekali lagi, masa depan adalah milik Allah. 

Dalam menjalani pilihan saya berprinsip, lakukan sepenuh hati atau tidak sama sekali. 

Lalu bagaimana cerita Anak betawi dalam melamar putri Bugis dalam perjalanan pertama kalinya menggunakan pesawat ? 
Tunggu part selanjutnya .


Yang mau ngirim Bouqet mengutarakan rasa sayangnya, sini sini saya bantu, pilih aja dulu di http://www.cassiopeiaflorist.com/p/occasions.html 

MENCINTAI TUKANG BUNGA (Part II)


Ternyata menurut saya, ditanya kapan menikah tidak seberapa menyakitkan dibandingkan disuruh menikah, dikasi kriteria, nggak ada yang bantuin cari jodoh, begitu ketemu orang yg klop dan sesuai kriteria yang diberikan eh tidak disetujui. Rasanyaaaaaa yaaa seperti sedikit perih2 aneh. Untunglah kesibukan bekerja dan berkarir mampu mengalihkan semua rasa sedih.

Jadi, semua ini bermula ketika saya ingin menchallenge kehidupan yang cukup stabil ini. Hhhmmmmm, mulailah memutuskan untuk memperbaiki kehidupan asmara. Jadi mencari jodoh ini bukan semata-mata karena desparate menjadi seorang jomblo. Lebih kepada, I need to go to the next level of my life, hahahahahahahaha. Kalau diingat-ingat, ayah pernah menitipkan pesan, “Yang penting agamanya, biar bisa mengarahkan ke jalan yang lebih baik” 

Pesan beliau masih saya pegang sambil menjalankan pesan dari Abeng, teman kerja di Organisasi. “Ca, coba ini deh, gampang nyari pasangan”

Bagi beberapa orang, aplikasi ini masih menjadi prokontrak, mengingat banyak yang menyalahgunakan untuk keperluan pergaulan bebas. Dengan mengucap bismillah, mari kita menjadikan aplikasi Tinder ini menjadi salah satu usaha :D mohon berhati-hati yaaaaa….

Jadi ada 2 hari yang saya dedikasikan untuk menggunakan aplikasi tinder. Sabtu dan Minggu saya mulai swipe kiri swipe kanan. Dan kemudian menemukan sosok berkumis dan garang dengan tulisan kecil florist. Mungkin sosok ini cocok jadi teman, siang swipe kanan tanda mengajukan tanda setuju di siang hari, kami ngobrol hingga malam. Doi juga baru download Tinder 2 hari. Katanya, sebagai salah satu usaha untuk menemukan seorang istri juga. Kami lalu berpindah ke WA, mengingat we are not really into Tinder things. 

oh iya selain usaha Tinder ini, saya mulai rutin mengaji. Setiap selesai selembar, saya mulai berdoa, ya Allah temukanlah saya dengan jodoh. Selain itu saya menuliskan di buku kecil kriteria calon pendamping hidup yang saya inginkan. Jadi memantapkan diri, untuk bertemu dengan jodohlah.

Setelah bercerita mulai siang smpai malam melalui Whatsapp, saya mulai membuka diri dan mengakui kalau memang sedang mencari pasangan hidup. Ecieeeeeeeeee…….. bayangkan bagaimana romantisnya seorang florist. Dikelilingi mawar melati setiap hari. Tapi ternyata, ada sisi kehidupan yang tidak wangi semerbak, mas Herman harus bekerja keras sejak Ayahnya meninggal. Menghidupi 6 orang saudara dan ibu dari jualan bunga di pasar Cikunir, Bekasi. Jualan bunga papan, bunga vas dan dekorasi.

“Eh websitenya jelek nih, mana bisa jualan bunga online kalau nggak jelas” sambil menawarkan diri menjadi content writer websitenya saya mulai komplain mengenai struktur website nya
“Itu dulu dibuat sama mantan saya, kamu jangan marah, kalau mau tolong bikinkan 1 artikel mengenai bunga dong” 

Salah satu contoh tulisannya bisa dilihat di sini.

Mmmmm sepertinya dia mulai mencari-cari alasan untuk memperpanjang topik pembicaraan ini. Setelah urusan artikel selesai dia mulai bertanya

“Kamu mau menikah dengan saya ?” 
Lah nih orang, kemarin minta artikel, hari ini minta dinikahin. 

Kemudian teringat dengan niat awal sebelum bertemu, yaaaaaa untuk bertemu jodoh.
“Ya sudahlah, nanti aku kabarin ke orang tua dulu, kalau ad yang mau melamar” kupikir dia juga bisa ngajar ngaji seperti kriteria yang pernah saya tuliskan di awal. Let’s try!



MENCINTAI TUKANG BUNGA (Part I)


Mungkin pernah sekali atau dua kali berfikir untuk menikah dalam hidup ini. Tapi tidak pernah terlalu serius. Jatuh cinta juga beberapa kali. Dan perasaan ingin memiliki orang yang dicintai pasti ada.

Tapi, ketika menyadari bahwa orang yang dicintai tidak memberi respon yang sama, membuat saya berfikir ternyata jatuh cinta itu bikin pusing. Lalu kenapa harus jatuh cinta dan menikah, kalau karir sudah jelas, pendidikan sudah jelas. Gaji juga cukup untuk menghidupi diri ini yang biasa boros. Kurang lebih hidup ini yaaaaaaaa hampir sempurna, hanya kadang kurang rasa syukur, jadi ngapain nikah.

Apalagi tidak hanya sekali dua kali ada yang datang memberi harapan palsu. Meminang tapi tak menikahi. Hahhahahaha, rasa-rasanya aneh jika dibilang itu cinta.

Hayooooo….. siapa yang setuju kalau aku bilang jatuh cinta itu bikin pusing? apalagi menikah. Banyak bayang-bayang menakutkan berputar-putar di kepala. Pasti bukan perkara mudah. Jadi lebih mantap sendiri kan. Aplagi jika melihat panti jompo banyak di Indonesia. Tinggal ngumpulin duit yg banyak terus sisa hidup bisa di habiskan di panti jompo mewah. Hhahahaah, mohon maaf ini ceritanya dulu.

Namun, ada beberapa momen rasanya hidup yang stabil ini tidak cukup menantang. Mmmm…. apalagi setelah karir, pendidikan, tahap berikutnya apa yang cukup menantang. Ada beberapa pilihan sebenarnya. Entah kenapa saya ingin memilih menikah. Mmmmm..,,,apalagi menurut saya, ayah ibu saya akan bahagia dengan keputusan saya untuk menikah. 

Cleo, teman berkarir di dunia organisasi bilang “Coba aja kak pakai situs taarufan. Siapin CV ya!”

Begitu CV siap, saya langsung melengkapi data pada situs  dan mengajukan taaruf ke beberapa orang yang mungkin mencari atau sesuai dengan kriteria saya. Kalau ingat momen ini rasanya ingin menangis saja. Ditolak-tolakin tanpa alasan. Mungkin saya kurang relijius untuk situs ini. Maka dalam kurun waktu sebulan, data saya dalam situs ini saya drop.

Setelah selesai dengan perkara pencarian jodoh melalui situs taaruf, saya kembali sibuk bekerja. Saya, menyibukkan diri dikantor hingga betul-betul habislah waktu sehari semalam untuk bekerja. Kadang sebagai manusia ada perasaan sedih, yang lain menikah, apa ada yang salah dengan diri saya kenapa belum menemukan jodoh. Untungnya perasaan itu bisa dihilangkan dengan bekerja. Bukan memantaskan diri, tapi lebih kepada menjalani hobi duduk di belakang meja kerja.

“KALAU ADA YANG NYURUH KAMU UNTUK MEMANTASKAN DIRI BIAR CEPET DAPAT JODOH, TONJOK SAJA!” Jodoh bukan perkara kamu telah pantas atau tidak. Kepantasan seorang wanita tidak diukur dari dia telah mendapatkan jodoh atau belum. Jadi jangan sedih. Mungkin kamu sudah pantas tapi masih diuji dalam kesabaran.



KATALOG


Selamat datang di website kami,
CASSIOPEIA Florist Merupakan Floral Online Shop menyediakan beragam rangkaian bunga untuk pengiriman keseluruh Indonesia
Menyediakan : 
*klik gambar untuk melihat katalog




Untuk pemesanan silahkan hubungi whatsapp kami : +6285781115644

CEK KATALOG (4)

Silahkan klik untuk melihat lebih banyak pilihan 







Mengapa Cassiopeia



 

1. Harga terjangkau
2. Free Ongkir
3. Berpengalaman 
4. Fast Respond selama 24 jam
Toko bunga dan dekorasi Jawa + Bali
Fast Respond, terjangkau & ramah
Melayani 24 jam pemesanan bunga dan dekorasi untuk daerah Jabodetabek
Transaksi bisa dilakukan via whatsapp. Pengerjaan bunga akan selesai maksimal 5 jam setelah transfer pembayaran diterima via Rek BCA 7510517924 a/n Fitri Handayani
Whatsapp : +6285781115644
Fb : CassiopeiaFloristII
Instagram : Cassiopeiaflorist
Website : Cassiopeiaflorist.com
Twitter : @cassiopeiaflora